Template by:
Free Blog Templates

Sabtu, 13 Juni 2009

Gerakan Anti Acara Jelek

Sedihkah anda ketika Metro TV tidak ada dalam saluran TV anda? Mungkin sebagian besar orang tidak merasa sedih. Mereka berfikir acara-acara Metro TV sangat membosankan. Tiap hari acara yang isajikan hanya berita dan berita. Meski tidak dalam bentuk berita, acara-acara yag lain bersifat informatif. Tak ada hiburan. Memang ada beberapa film, tapi hanya film “tinggi” yang diputar. Iklan yang ada juga sedikit.


Tapi, menurut saya hanya Metro TV yang bermutu. Metro TV hanya menyajikan acara-acara penting. Beragam informasi aktual tak luput dari program acara utama Metro TV. Tak ada sinetron. Atau reality show yang terkesan “dibuat-buat”. Dan tak terlalu banyak iklan yang mengarahkan kita menuju jurang konsumerisme.


Bagaimana dengan stasiun TV lain? Mungkin hanya berita, investigasi kasus, acara-acara olahraga, wisata daerah, atau debat politik, yang bisa dikatakan bermutu. Bagaimana dengan sinetron dan reality show? semua pasti sudah tahu jawaban pertanyaan itu. Dan kita sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi harus memerangi acara-acara yang tidak bermutu. Dengan cara mematikan TV dan membuat program-program acar yang lebih bermutu. Selain itu, laporkan acara-acara yang dinilai “buruk” kepada KPI. Jadilah penonton aktif dan pengawas TV yang reaktif. Semangat!




Bumi Sedang Sekarat

Pernahkah anda melihat film yang menceritakan bencana besar di bumi? Seperti The Day After Tomorrow, When The Earth Still Stood, atau Knowing?


Film-film itu menceritakan bahwa kita harus bersiap diri. Banyak bencana besar yang mungkin akan terjadi di bumi. Entah karena alam atau karena tingkah laku manusia. Jika itu peristiwa alam, kita hanya bisa berdoa. Tapi, jika itu karena ulah manusia, kita benar-benar kejam. Mungkin, jika bumi bisa bicara, dia akan mengusir kita. Tak perlu ditutupi, kelakuan kita memang merusak dan menyakiti bumi. Entah karena lupa, atau kita tak peduli dengan keselamatan bumi. Contoh kecil, ketika kita membuang sampah. Tempat sampah sudah disediakan, tapi kita sangat malas untuk membuangnya di tempat sampah karena harus bejalan sejauh 3 meter.


Mari, kita sebagai mahasiswa agar lebih sadar akan lingkungan. Menjaganya dengan penuh kasih sayang. Karena bumi, satu-satunya tempat tinggal kita. Jika bumi hancur dan musnah, kemana kita akan pergi? Film-film tersebut bukan sekedar hiburan, tapi ada pesan peringatan untuk kita. Agar kita lebih memikirkan nasib bumi. Karena bumi sedang sekarat. Tak lama lagi, bumi akan hancur. Dan hanya manusia, yang sanggup menolong bumi....




Berita, Buka Mata Buka Telinga

Setiap hari pasti ada peristiwa. Entah di Indonesia atau berada jauh di luar negeri. Peristiwa itu bisa berskala besar, seperti Tsunami, atau kecil, seperti pencopetan. Jumlah peristiwa yang terjadi tentu sangatlah banyak. Dan terlalu sulit untuk mengetahui tiap-tiap peristiwa yang terjadi. Selain itu, menganalisa bagaimana dampak yang diakibatkan oleh suatu peristiwa butuh suatu keahlian investigasi.


Beruntung, tiap-tiap stasiun TV memiliki program acara bernama berita. Meski memiliki beragam nama yang berbeda-beda, tapi semuanya melaporkan suatu peristiwa. Bukan asal peristiwa, hanya yang penting, hangat, menarik, dan berdampak besar yang disajikan. Cukup dengan duduk dan meluangkan waktu 30 menit tiap hari, kita bisa mendapatkan informasi dari beragam peristiwa.


Banyak hal yang bisa dipetik dari berita. Tak hanya pengetahuan, kita juga bisa mengambil pelajaran dari tiap-tiap peristiwa. Misalnya, banyaknya balita yang tewas akibat kelalaian orang tua mengharuskan kita untuk lebih berhati-hati dalam menjaga balita. Atau, kasus Prita Mulyasari mengajarkan untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan suatu pendapat. Terlebih jika pendapat itu bisa menyinggung perasaan orang lain.


Terlalu banyak manfaat menonton berita. Mari, kita galakkan gerakan pro berita. Agar kita bisa melihat dan mendengar tiap-tiap peristiwa. Dan memetik pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.




Minggu, 07 Juni 2009

Iklan Politik Mulai Membombardir

Mulai 4 Juni 2009 gong kampanye ternuka telah dibunyikan. Segera para capres dan cawapres mengeluarkan jurus-jurus terbaiknya. Kunjungan ke beberapa daerah menjadi agenda utama. Janji-janji mulai diumbar mencoba mencari simpati sebanyak-banyaknya. Semua akan dibela. Semua ingin disejahterakan. Semoga benar-benar terlaksana. Amin.


Salah satu media kampanye yang paling digemasi adalah iklan TV. Karena murah dan tidak repot. Meski terlihat cukup mahal, tapi sangat efektif untuk mencari massa. Hanya dengan beberapa kali tayang, masyarakat sudah tahu program kerja yang ditawarkan. Bahkan masyarakat sudah hafal moto para capres. Lanjutkan! Atau Lebih cepat, Lebih tegas, Lebih baik.


Melihat efektivitas iklan TV yang begitu tinggi, maka bersiaplah wahai manusia. TV anda akan diramaikan oleh iklan-iklan berbau kampanye. Tapi jangan berfikir negatif dulu. Ambil sisi positifnya. Cobalah untuk menilai para kandidat itu. Lalu, pilih yang terbaik diantara mereka. Jangan lupa, Pilpres dilaksanakan tanggal 8 Juli mendatang. Selamat memilih dan Mencotreng.




Cari Uang Lewat Video

Budaya telah beralih. Manusia tak lagi suka melihat hal yang biasa. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih menarik. Sesuatu yang penuh warna dan imajinasi. Sesuatu yang bergerak. Sebuah video.


Dulu, masyarakat senang jika perkawinanya diabadikan melalui foto. Tapi tidak untuk sekarang. Advertising talah menjamur. Menawarkan beragam paket dokumentasi. Dengan video shooting tentunya. Dan tak hanya untuk pernikahan saja. Segala macam hajatan mereka garap. Khitanan, wisuda atau pesta ulang tahun menjadi target utama.


Sebagian besar mahasiswa mempunyai komputer atau laptop. Kenapa alat itu tidak digunakan untuk berproduksi? Kita hanya perlu membeli alat perekamnya saja. Handycam misalnya. Tidak perlu yang mahal. Handycam dengan media rekam Mini DV juga bisa digunakan. Pasar yang dambil juga jangan terlalu “high class”. Pilih saja acara-acara “orang desa”. Karena merea biasanya jarang menggunakan jasa advertising besar. Tapi jangan salah. Mereka juga berani membayar mahal lho. Berdasarkan pengalaman, Tulungagung adalah pasar yang cukup bagus. Kota itu memiliki Advertising dalam jumlah sedikit. Orang-orangnya cukup narsis dan punya banyak uang. Sekali produksi, bisa untung sekitar 300-400 ribu. Jadi, apalagi yang kalian tunggu? Segera beraksilah!




Video Message, ekspresikan Hatimu

Ketika hatimu merah jambu, dunia serasa surga. Tak ada yang buruk disana. Semua mengalir bagaikan irama lagu. Sungguh indah. Angin puting beliung bagaikan AC. Tesambar petir bagaikan pijitan MAK EROT. Otak jadi lebih encer. Makan terasi bagaikan KFC.


Setiap mata memandang, yang ada hanya wajahnya. Senyum manisnya tertancap dikepala. Tak mungkin terlupakan. Tak bisa diabaikan. Dan kini saatnya beraksi. Lancarkan jurus jitu penembak cinta. Segala puisi dipersembahkan. Beragam bunga disampaikan. Hingga karangan bunga bertuliskan “Welcome To My Life”, tapi apa hasilnya? DITOLAK.


Kini jaman sudah serba canggih. Peralatan sangat modern. Nulis didinding batu udah gak jaman. Handphone sudah berkamera. Handycam juga nggak terlalu mahal. Bikin aja video message buat dia. Buat sekreatif mungkin. Tapi tetap dengan sentuhan perasaan yang lembut. Durasi jangan terlalu panjang. Nanti dikira sinetron. Tapi juga jangan teralu pendek. Nanti dikira iklan. Semua harus pas. Pas dimata. Pas ditelinga. Pas dihati. Dan pas didompet. Selamat Berkarya Kawan!




Video Porno Indonesia Meningkat

Lima sampai enam tahun yang lalu, video porno masih terbatas. Biasanya yang beredar hanya buatan orang luar negeri. Amerika, Jepang, atau India menjadi produsen utama. Rental-rental VCD juga secara apik menyembunyikan VCD-VCD pornonya. Tak semua kalangan bisa menikmati. Hanya orang-orang dewasa atau orang yang punya “link” yang bisa menyewa atau membeli.


Namun, kini video porno sudah merambah industri dalam negeri. Walaupun masih dalam kapasitas kecil-kecilan. Tapi tiap tahun jumlah video porno Indonesia semakin meningkat. Beragam fasilitas yang ada turut mempersubur produksi video porno. Terutama kebudayaan free seks yang mulai digeluti sebagian remaja Indonesia. Rumah-rumah “terbuka” juga turut berperan penting. Kos-kosan bebas, vila dengan harga murah, dan hotel harga mahasiswa juga telah menjamur. Kebebasan yang ada menjadi kesempatan yang baik untuk memproduksi video porno. Apalagi sekarang alat perekam tidak sulit untuk diperoleh. Hanya berbekal HP, video porno sudah bisa diproduksi. Pengetahuan mengenai dunia internet juga mempermudah penyebaran atau distribusi hasil produksi.


Alhamdulillah, video porno Indonesiah hanya produksi orang-orang iseng. Belum ada PH yang membuat film atau sinetron porno. Dan semoga itu benar-benar tidak terjadi. Demi keamanan dan kenyamanan bangsa Indonesia sendiri.




Rabu, 27 Mei 2009

malaikat pengetuk jiwa

Teng…teng…teng…Jam telah menunjukkan pukul 3 sore. Tak terasa tujuh jam sudah aku berhadapan dengan komputer, memainkan game favoritku. Bau tubuhku mengisyaratkan aku belum mandi sejak bangun tidur. Namun itu tak mengusik kenyamananku bermain game. Tiba-tiba konsentrasiku terusik ketika kurasakan ada yang tak beres dengan perutku. Aku tekan tombol pause, dan kupegang perutku. Ada rasa nyeri disitu. Ku lempar stick gameku. Rasa nyeri itu bertambah. Aku mengerang pelan untuk menahan sakit. Kedua tangan kukerahkan untuk menahan sakit itu. Nyeri itu bertambah diikuti eranganku yang semakin keras. Kujatuhkan tubuhku perlahan ke lantai. Aku tak kuat menahannya. Kucoba meraih minyak kayu putih diatas meja dekat monitor komputerku. Tapi aku kesulitan menggapainya. Tubuhku tak mampu menjaga keseimbangan. Tanganku menyenggol pelan botol minyak itu. Membuatnya jatuh dan tumpah. Kuambil tumpahan itu lalu kugosokkan perlahan pada bagian perut. Nyeri itu tak berkurang. Kuputuskan untuk berteriak lebih kencang. Berharap nyeri itu takut dengan kemarahanku. Tiba-tiba pintu kamar kosku terbuka. Samar-samar kulihat ada seseorang disana. Seseorang yang tak asing bagiku. Dia menatapku dengan wajah bingung dan khawatir.

Tio, kamu kenapa lagi?” sambil menghampiriku dan mulai menebak apa yang terjadi padaku. Kusambut pertanyaannya dengan erangan yang cukup keras. Nyeri itu tak kunjung reda.

Setelah mengetahui ada yang tak beres dengan perutku, dia mengambil tumpahan minyak kayu putih dan menggosokkan pada perut, telapak tangan, serta telapak kakiku. Tubuh kurasa semakin lemah. Aku tak mampu bereteriak lagi. Nyeri itu semakin tak tertahan. Mataku tak mampu melihat dengan jelas. Kabur. Hingga hanya warna hitam pekat yang kulihat.

Dering handphone mengusik ketenangan tidurku. Aku pun terbangun. Kulihat handphoneku. Dering itu berasal dari pengingat pesan yang sengaja diatur untuk membangunkanku pada jam 6 sore. Tertulis di sana, “Cepat bangun dan bersihkan tubuhmu agar terlihat lebih segar. Ada sebungkus nasi dan segelas teh hangat di samping komputer. Makanlah. Perutmu belum terisi sejak pagi. Jangan terlambat makan lagi. Dewa.” Kuletakkan handphoneku dan kuarahkan mata ke samping komputer. Ada sebungkus nasi dan segelas teh hangat disana.

Huh, mencampuri hidupku saja.” kataku dengan ketus.

Kuamati posisiku dengan seksama. Aku berada diatas tempat tidur lengkap dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhku. Bantal dan guling tertata dengan pas. Membuat posisi tidurku semakin nyaman. Nyeri diperutku juga menghilang. Aku mencium aroma minyak kayu putih disebagian besar tubuhku. Tumpahan minyak kayu putih dilantai juga telah bersih.

Ini pasti kerjaan Dewa. Kenapa sih, selalu mengurusi kehidupanku!” aku berkata dengan nada kesal dan ketus.

Dewa adalah satu-satunya orang yang kukenal dirumah kos ini. Keegoisan dan ketidakpedulianku terhadap orang lain membuatku terasingkan. Namun, itulah aku. Toh, aku senang dengan hidupku. Aku tahu, aku bisa melakukan apa saja sendiri. Lalu, kenapa aku harus mngenal mereka? Aku mampu hidup dikos ini selama 2 tahun tanpa bantuan mereka. Aku juga mampu mendapat nilai baik, bahkan hampir sempurna di setiap mata kuliah tanpa bantuan siapa-siapa. Aku mampu mendapatkan berbagai gelar juara pada tiap lomba dengan segenap kemampuan yang kumiliki. Aku merasa bahagia dengan kesendirianku.

Bantuan dan kepedulian Dewa membuatku semakin membencinya. Aku merasa dia selalu mencampuri kehidupanku. Aku tahu, dia hanya pura-pura peduli terhadapku. Dia pasti punya tujuan tertentu. Dia menginginkan sesuatu dariku. Di dunia ini tidak ada orang yang mau rugi. Setiap perbuatan pasti menginginkan balasan keuntungan.

Secara fisik dan emosi, Dewa jauh berbeda dariku. Dia selalu terlihat bersih dan rapi. Giginya tertata dengan baik, putih dan bersih. Wajahnya selalu tampak segar dan cerah. Matanya selalu menatap dengan ramah dan ceria. Dia selalu berkata dengan sopan dan pelan penuh pengertian. Rambut yang dipotong rapi dipadu pakaian bersih dengan warna yang serasi menambah gagah postur tubuhnya.

Ketidakpedulianku kepada kebersihan dan kerapian semakin memperbesar jurang perbedaanku dengan Dewa. Kekerasan hati dan ketidakstabilan emosiku membuatku tampak bagaikan monster. Pertemuanku dengan Dewa bagaikan iblis bertemu malaikat. Tapi aku tak peduli dengan semua itu. Aku cukup senang dengan keadaanku sekarang.

Namun, sekilas bentuk fisik Dewa tak jauh beda denganku. Bentuk alis mata, hidung dan mulutnya mirip denganku. Tapi ingatanku mengenai keadaan fisikku mulai pudar. Aku tak ingat kapan terakhir kali aku bercermin. Dan…aku benar-benar tak tahu bagaimana sesungguhnya keadaanku sekarang. Tidak ada cermin dikamarku. Dan aku memang tak membutuhkannya.

Kebencianku kepada Dewa bukan tanpa alasan. Dia terlalu mencampuri kehidupanku. Jauh diluar batas. Tiap hari Dewa selalu membangunkanku jam 5 pagi. Memberikan senyum manisnya yang kubenci dan mengucapkan selamat pagi. Lalu menyuruhku untuk segera bangun dan mandi. Aku pun segera mengusirnya dengan kasar. Membanting pintu kamar dengan keras lalu menguncinya. Berharap aku bisa kembali tidur dengan tenang. Tapi dia tidak menyerah. Selama kurang lebih sepuluh menit, dia akan mengetuk pintu agak keras. Diiringi nasehat-nasehat busuknya. Dia mencoba menggugah hatiku untuk segera bergerak menyambut hari. Tak lupa, pesan untuk membersihkan kamar dan tubuhku dia teriakkan. Aku hanya diam tak bergerak. Kunikmati ocehannya layaknya lagu rock kesukaanku. Dan aku pun kembali tertidur lelap. Begitulah sarapanku selama dua tahun, dan mungkin akan terus begitu.

Kini aku berada di depan komputer. Kembali bermain game kesukaanku, setelah kulalap habis nasi dan teh hangat pemberian Dewa. Nyeri perutku pun telah hilang tak berbekas. Sungguh nyaman. Terkadang ada keinginan tuk mengucap terimakasih pada Dewa. Atas segala petolongan dan kepeduliannya padaku. Tapi kutepis jauh semua inginku itu. Tak pantas ku berkata sesopan itu padanya. Aku yakin, dia punya maksud tertentu dibalik semua perbuatannya untukku. Aku sangat yakin.

Entah kenapa, semakin lama aku melihat komputer, mataku semakin kabur. Perlahan namun pasti. Aku semakin tak jelas melihat. Badanku juga semakin panas. Tak kusadari, karena dingin yang kurasakan. Semakin tinggi suhu tubuhku, semakin dingin kurasakan. Aku mengigil. Kulempar stick gameku kasar. Kucoba raih selimut dan membalutkannya keseluruh tubuh. Tapi dingin tak kunjung berkurang. Kuusapkan minyak kayu putih keseluruh tubuhku. Biasanya aku sembuh dengan minyak ini. Namun, kini tubuhku tak bersahabat. Badanku semakin panas dan lemas. Kucoba gerakkan tubuhku perlahan ke arah tempat tidur. Aku butuh beristirahat. Mungkin aku kelelahan karena terlalu lama bermain game. Kubaringkan tubuhku pelan. Kututup mataku. Berharap tidur mampu sembuhkanku. Tapi semakin kucoba pejamkan mata, semakin dingin tubuh kurasa. Aku tak tahan. Namun aku tak tahu harus berbuat apa. Ingin ku berteriak. Mencari pertolongan. Ingin kusebut nama Dewa. Berharap pertolongannya kembali sembuhkanku. Tapi, aku urungkan niatku itu. Aku tak butuh dia. Aku mampu menghadapi ini sendiri. Aku mencoba tenangkan pikiran, meyakinkan hati, bahwa aku akan kembali sehat. Aku menutup mataku lebih erat. Tapi, rasa dingin ini semakin tak tertahankan. Semakin lama, semakin dingin. Aku tak sanggup lagi. Tanpa sadar, kuteriakkan nama Dewa. Berulang kali, dan semakin keras.

Dewaaaa.....!!!Dewaaaaaaa.....!!!!”

Tapi sosoknya tak kunjung datang. Tak seperti biasanya. Tanpa menunggu tiga kali aku panggil, dia pasti datang bak pahlawan super. Entah ada apa dengnnya hari ini. Atau mungkin dia tak akan datang ke sini lagi. Tak tahan dengan sikapku. Aku pasrah. Kunikmati sakit ini. Mungin kini saatnya aku pergi. Tinggalkan dunia yang tak menyenangkan ini. Menuju surga keabadian. Tempat aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Tanpa perlu berteriak atau bersusah payah. Tanpa siapapun. Tanpa Dewa. Dan kurasakan tubuhku semakin lemah tak berdaya. Jiwaku terbang pelan dengan tenang.

***

Perlahan kubuka mata. Terangnya sinar menuntutku harus bersabar untuk melihat dengan jelas. Namun jelasnya suasana ruangan ini mengejutkanku. Semua serba putih. Apakah aku di surga? Kucoba gerakkan tubuhku. Ada sedikit sakit di sana. Kuamati ruangan ini dengan seksama. Ternyata aku berada di rumah sakit.

Namun tak ada orang yang menjagaku. Lalu siapa yang membawaku ke sini? Dewa? Ah, tak mungkin. Dia pasti telah pergi dan tak peduli lagi padaku. Kuputuskan untuk mencari tahu nanti setelah keluar dari sini. Saat ini kesehatanku lebih penting. Aku harus cepat sembuh. Sekarang saat yang tepat untuk beristirahat. Dan membuang jauh semua pikiran busukku.

Setelah tiga hari dirawat akibat demam berdarah, aku diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Badanku tampak lebih sehat dan segar. Perasaanku cerah ceria. Pikiranku jernih dan tenang. Kulangkahkan kakiku menuju tempat potong rambut terdekat. Kuingin sedikit merapikan rambutku. Karena tak tahu model rambut apa yang bagus, aku beritahukan model rambut Dewa kepada tukang potong rambut. Dia mengangguk menyanggupi dan mengatakan aku akan tampak lebih rapi dan tampan dengn model itu. Aku semakin bersemangat. Namun aku meminta tukang potong rambut untuk menutupi mataku dengan sehelai kain saat rambutku dipotong. Aku ingin merasakan perubahan ini. Kelahiran jiwaku yang baru.

Usahaku untuk tampil rapi dan bersih bukan tanpa alasan. Dokter menyarankan agar aku mengubah pola hidupku yang kotor. Mulai dari tubuh dan pikiran serta lingkungan sekitar tempat tinggal. Dokter juga berharap agar aku lebih ramah dan mencoba mencintai orang-orang yang ada di sekitar. Dia menegaskan, alasan Tuhan menciptakan manusia dalam jumlah banyak karena Tuhan tahu manusia tidak akan bisa hidup seorang diri tanpa bantuan manusia lain. Aku terkejut mendengar penuturannya. Nasehat itu menusuk jiwaku. Aku tertunduk dan menangis. Menyadari semua kesalahanku. Dan sejak itu kumantapkan hati untuk mulai berubah. Merubah jiwaku.

Tak sampai tiga puluh menit, tukang itu telah menyatakan selesai merapikan rambutku. Kubuka kain penutup mata. Lalu perlahan kubuka mataku. Aku terbelalak kaget. Aku melihat Dewa di cermin. Bukan. Itu bukan Dewa. Itu aku. Tapi, kenapa wajahku mirip dengan Dewa? Siapa Dewa sebenarnya? Apakah dia kembaranku? Tanpa berpikir lagi, aku berlari kencang menuju rumah kos setelah membayar ongkos potong rambut. Tak kuhiraukan hiruk pikuk jalanan. Aku ingin segera mengetahui siapa yang membawaku ke rumah sakit, dan siapa Dewa sebenarnya.

Sesampainya di rumah kos, aku bertemu dengan seseorang yang sedang asyik membersihkan kandang burung di depan kamarnya. Aku berkenalan dengannya dan meminta maaf atas ketidakpedulianku terhadapnya dan teman-teman kos lain selama ini. Dia selalu membalas perkataanku dengan ramah dan sopan disertai senyum hangat. Sungguh suasana yang menyenangkan. Belum pernah kumerasakan senangnya berbincang-bincang dalam waktu lama dengan orang ain. Ternyata keramahanku di balas seribu kali lebih ramah olehnya. Dan ini pasti berlaku juga ketika aku berbicara dengan semua orang. Lalu aku mencoba bertanya siapa yang membawaku ke rumah sakit. Dia mengatakan bahwa dialah yang membawaku ke rumah sakit. Aku memeluknya hangat. Dan mengucapkan terima kasih dengan tulus. Karena dia telah menyelamatkanku dari kematian. Namanya Doni. Dia tiga tahun lebih tua dariku. Namun dia tetap ramah menghadapiku yang jauh lebih muda darinya. Lalu aku bertanya apakah dia mengenal Dewa. Dari informasi yang diberikannya, tak ada nama Dewa di rumah kos ini. Aku terkejut mendengarnya. Lalu siapa Dewa sebenarnya?

Setelah lama berbincang dengan Doni, aku kembali ke kamar kosku. Mencoba merenung dan memikirkan Dewa. Mencoba mencari tahu identitasnya. Mungkin saja dia adalah teman lamaku. Kucoba tuk mengingat-ingat. Lima menit berselang, aku berlari kencang menuju kamar Doni. Aku memohon ijin meminjam cermin dengan sopan. Dia membalas dengan anggukan penuh senyum keceriaan. Kudekati cermin kecil didinding. Aku menatap wajahku dalam-dalam. Lalu aku tersenyum cerah, karena aku telah menemukan Dewa. Dia ada di dalam tubuhku. Menghuni jiwa baruku. Dewa adalah malaikatku yang akan selalu membawaku ke arah kebenaran dan kebaikan. Dewa adalah aku yang baru.

Kini aku merasakan kebahagian hidup yang sebenarnya. Kebahagiaan yang membuatku selalu ingin hidup lebih lama. Rasa ini mulai terasa ketika aku melakukan semua nasehat Dewa yang selalu ia teriakkan setiap hari. Perubahan yang membuatku bersahabat dengan kebersihan dan keramahan. Dan untuk membalas jasa Dewa, aku selalu mengawali hari dengan mengucap terima kasih padanya dan kepada Tuhan, tidak dengan berteriak, tapi dengan lembut penuh keikhlasan.



pengamen sebagai "pengamen"

Saat sedang asyik menonton televisi di depan kamar kos, terdengar dengan indah alunan sebuah lagu dari pengamen. Setelah memberinya uang lima ratus rupiah, dia tak lantas meninggalkan kos saya. Aneh. Dia baru pergi ketika lagu yang dinyanyikannya selesai. Bahkan dia memberikan sentuhan improvisasi yang sangat bagus. Dibawakan dengan ramah penuh senyum kegembiraan. Hingga membuat saya berniat akan memberinya uang lebih jika suatu saat dia mampir berkunjung mengamen di kos lagi.

Untuk meredakan haus penasaran akan tingkah pengamen itu, saya mewawancarai teman kos yang juga berprofesi sebagai pengamen jalanan. Namanya Dewa. Dia mulai mengamen sejak kuliah di malang. Hampir setiap malam minggu dari jam 6 sampai jam 9, dia habiskan waktunya untuk mencari uang dengan mengamen di sekitar kampus-kampus yang ada di kota malang. Namun, dia bukan sembarang pengamen. Dia pengamen yang memiliki etika dan kesopanan. Selalu ramah penuh senyum ketika mengamen. Sabar jika tidak mendapat upah. Dia selalu memakai pakaian rapi ala anak muda gaul. Jauh dari kesan kotor dan kumuh. Membuat yang memandang merasakan kesejukan. Apalagi ditambah wangi parfum berkelas. Didukung pula dengan wajah cukup tampan yang mampu memikat siapa saja yang melihatnya.

Dia selalu menyanyikan lagu yang disesuaikan dengan tuan rumah. Jika tuan rumahnya adalah anak kos, dia akan membawakan lagu populer yang sedang up to date. Jika tuan rumahnya sudah agak tua, dia akan membawakan lagu romantis tahun ‘80an. Dia selalu membawakan lagu hingga selesai dan diberi pemanis improvisasi hasil belajar sendiri. Menambah merdu dan nyaring lantunan lagunya. Dia bertekad untuk menjadi pengamen yang mampu menghibur tuan rumahnya. Bukan hanya mengejar uang semata. Kepuasaannya didapat dari kebahagiaan orang yang mendengar lantunan lagunya. Memang, tak banyak yang bisa ia dapatkan dari hasil mengamen. Tapi cukup bangga bisa menghidupi diri sendiri dari hasil mengamen. Selain tentunya menyalurkan hobi menyanyinya.

Ada berbagai pengalaman menarik yang ia peroleh selama mengamen. Diantaranya adalah ketika mengetahui tuan rumah sepasang muda-mudi sedang bertengkar hebat, Dewa menyanyikan lagu Tangga berjudul Terbaik Untukmu. Dengan penuh pengahayatan dan dramatisasi tinggi serta diiringi air mata sedih penuh harap, “Maafkanlah bila ku selalu. membuatmu marah dan benci padaku. Kulakukan itu semua. Hanya untuk buatmu bahagia. Mungkin ku cuma tak bisa pahami. Bagaimana cara tunjukkan masksudku. Aku cuma ingin jadi terbaik untukmu.” .Dewa berhasil menguggah hati mereka dan membuat mereka berpelukan saling memaafkan. Ia mendapat uang seratus ribu dari pemuda itu. Lagu Dewa membuat mereka sadar akan keinginan untuk saling membahagiakan.

Dewa mendapatkan banyak hal dengan mengamen. Tak hanya mendapat uang, tapi juga kebahagiaan, Dia juga bertekad merubah pandangan orang mengenai buruknya profesi mengamen. Dengan menjadi pengamen sebenarnya. Pengamen sebagai pengamen. Bukan pengamen sebagai pengemis, yang hanya genjrang-genjreng tak jelas lalu pergi setelah mendapatkan uang.



Nasehat Hati..

Beberapa warga komplek perumahan yang terletak tak jauh dari rumah saya memutuskan untuk membongkar sejumlah polisi tidur yang menghiasi jalanan di komplek perumahan tersebut. Polisi tidur ini awalnya berfungsi agar para pengendara mobil dan sepeda motor tidak mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Namun kondisi jalan yang penuh dengan polisi tidur ini tidak dilengkapi dengan penerangan yang jelas. Sehingga ketika malam hari jalanan ini tampak redup dan polisi tidur yang ada tidak begitu jelas terlihat. Memang, kendaraan yang memiliki lampu bagus masih bisa berjalan dengan tenang. Namun, bagi kendaraan yang tidak dilengkapi lampu bagus harus lebih waspada dalam melewati jalanan ini.

Pembongkaran polisi tidur itu terpaksa dilakukan warga setelah semalam terjadi kecelakaan di jalan tersebut. Kecelakaan itu terjadi akibat pengendara yang berkecepatan tinggi tidak melihat adanya polisi tidur, sehingga dia terjatuh setelah melewatinya. Diketahui pengendara itu bukan warga sekitar. Dia tidak mengetahui jalanan tersebut penuh dengan polisi tidur.

Setelah melakukan penyelidikan, diketahui beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan itu. Selain redupnya jalan, ternyata sepeda motor yang dikendarai korban tak layak jalan. Sepeda motor tersebut telah dimodifikasi hingga tampak lebih cantik, namun tak membuatnya semakin nyaman dan aman dikendarai. Sepeda tersebut lebih rendah, berlampu redup karena ada cat hitam tipis yang menutupi lampu, berspion satu pada bagian kiri dengan ukuran mini, berknalpot unik dengan suara berisik, dan ban yang digunakan berukuran lebih kecil sehingga nampak lebih imut dan lucu.

Pengendara tersebut memang mengkui ketidaknayamanan saat mengendarai sepeda motornya. Namun kecantikan hasil modifikasi yang tentunya menguras kantong menutupi segala ketidaknyamanan itu. Dia juga mengaku tidak akan mengembalikan sepeda motor ke bentuk semula walaupun telah mengalami kecelakaan. Dia memantapkan hatinya untuk lebih berhati-hati mengendarai si cantik miliknya, sambil sedikit tersenyum kecut ketika melihat si cantik tergolek lemah penuh luka akibat menghantam polisi tidur yang tak bersalah.

Padahal polisi telah berusaha untuk menekan angka kecelakaan dengan rajin merazia sepeda motor yang tidak layak jalan. Tapi angka kecelakaan tidak menurun. Mungkin hukuman berupa denda tidak membuat mereka bertaubat. Ataukah mereka harus dipenjara agar jera?

Mereka memuji kecantikan sepeda motornya dengan hati, sehingga polisi juga harus menggunakan hati untuk merayu mereka. Sempatkan waktu sepuluh menit untuk memberi sentuhan nasehat bijak kepada mereka setelah mengikuti sidang pelanggaran. Berikan presentasi menarik seputar safety riding dan akibat tidak menerapkannya. Alangkah lebih baik jika ada ruangan khusus yang nyaman untuk memberikan arahan tersebut. Meski menyita waktu dan tenaga polisi, tapi menyentuh hati dapat memberikan dampak perubahan besar dan lama. Karena hukuman denda dan nasihat keras hanya akan membuat mereka melawan serta terus melanggar. Kini, saatnya hatilah yang bicara.

Senin, 30 Maret 2009

Prematurasi Trafficking

Bulan November dan Desember adalah bulan dimana banyak perguruan tinggi di Indonesia melepaskan mahasiswanya. Upacara formal pun diadakan sebagai tanda pelepasan mahasiswa. Mereka tampil dengan elegan namun tetap terkesan intelektual mengenakan toga. Air mata bangga pun tak terbendung. Pancaran keceriaan tak bisa disembunyikan lagi, karena kerja keras yang dilakukan selama perkuliahaan telah membuahkan hasil.



Namun dibalik keceriaan dan kebanggaan itu, terdapat guratan kegelisahan. Bayang-bayang kesulitan mencari lapangan kerja karena ketidakseimbangan antara jumlah pencari lapangan kerja dibanding jumlah lapangan kerja. Memang tak dapat dipungkiri, tiap tahun perguruan tinggi menelurkan ribuan sarjana. Hal ini berarti tiap sarjana harus bersaing dengan ribuan sarjana lain untuk mengisi lowongan lapangan kerja yang terbatas. Jika tidak beruntung, predikat pengangguran akan segera disandang.

Jumlah pengangguran yang terus meningkat membuat semua orang semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Keadaan yang sedikit kacau ini, membuat beberapa orang memanfaatkannya demi meraih keuntungan. Salah satunya mereka nekat melakukan jual beli manusia, atau lebih dikenal dengan istilah trafficking.

Secara umum pelaku trafficking melakukan penipuan terhadap korbannya dengan iming-iming pekerjaan dengan gaji lumayan, hingga korban mau diajak pergi ke tempat-tempat yang tak jelas. Ujungnya, mereka dipaksa untuk menjadi wanita tuna susila. Dan tak jarang mereka dengan pasrah menerima pekerjaan itu. Kesulitan ekonomi dan kebutuhan hidup yang terus meningkat membuat mereka lupa diri. Melihat keberhasilan ini, pelaku trafficking semakin semangat untuk mengembangkan usahanya. Bahkan dengan gagah berani, mereka melakukan transaksi di tempat-tempat terbuka, seperti di SPBU.

Umumnya korban adalah wanita dengan usia berkisar antara 15-25 tahun. Usia dimana ada kemungkinan mahasiswa tercakup didalamnya. Apalagi mahasiswa semakin terhimpit biaya kuliah dan biaya hidup yang dirasa mahal. Sehingga trafficking prematur menjadi salah satu pilihan guna menambah penghasilan dengan cara menjual diri lebih dini, atau biasa disebut “nyambi”.

Mahasiswa sebagai puncak kedudukan pendidikan seharusnya telah mempunyai bekal yang cukup untuk lebih bijaksana menentukan pilihan hidup. Rentan dunia pendidikan yang telah mereka tempuh memberikan tanggung jawab sebagai tumpuan masa depan bangsa. Mereka seharusnya telah disiapkan sebagai pemikir dan pelopor, yang dengan bijak harus bisa mengambil pilihan terbaik sekalipun terhimpit keadaan sulit, misalnya ekonomi. Ada banyak alternatif yang dapat diambil selain dengan ‘rela’ menjadi korban trafficking.



Sebuah Pilihan...

Pesta demokrasi terbesar di Indonesia akan segera terselenggara. Di awali dengan pemilihan calon legislatif tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Para calon legislatif juga telah memborbardir masyarakat dengan iklan mengenai dirinya. Semua jenis media mereka kerahkan, dari baliho hingga koran. Berharap ada perolehan suara yang besar dari hasil pengiklanan itu.

Namun semua upaya meningkatkan suara itu tak akan berguna ketika masyarakat sebagai pemlih tak menggunakan suaranya. Karena kini tengah hangat berita mengenai banyaknya masyarakat yang akan memilih golongan putih (golput). Bahkan, KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur, mantan presiden Indonesia, mengungkapkan akan memboikot pemilu dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Fenomena golput memang sudah tak asing di telinga masyarakat. Dan mungkin berita itu membuat masyarakat semakin mantap untuk memilih golput. Mereka akan berfikir, orang besar dan pintar seperti Gusdur saja memilih golput, kenapa saya tidak?

Apakah golput itu salah? Sungguh pertanyaan yang memuat jawaban pro maupun kontra, masing-masing dengan alasan yang dianggap paling benar. Hingga MUI pun turun tangan mengeluarkan fatwa haram bagi yang memilih golput. Sebuah usaha yang baik untuk menekan angka golput. Mungkin fatwa ini keluar karena hasil pemilu di daerah-daerah menunjukkan angka golput yang tinggi, bahkan melebihi suara pemenang pemilu. Ataukah angka golput yang begitu tinggi mengisyaratkan bahwa daerah itu tak butuh pemimpin? Dan kita tahu, sungguh tak mungkin suatu daerah tanpa pemimpin.

Hal yang paling penting bukan apakah golput itu salah atau benar, tapi mengapa mereka memilih golput? Hal apa yang membuat mereka memilih golput? Jika mereka telah meneliti dengan seksama dan mencari suatu informasi tentang suatu kandidat, lalu berdasarkan informasi tersebut dia memilih golput karena ketidakpuasan dengan profil kandidat, bisa dikatakan golputnya benar. Tapi jika seseorang tidak berusaha mencari informasi tentang kandidat dan tiba-tiba memilih golput tanpa alasan, atau hanya ikut-ikutan golput karena mungkin ayahnya juga golput, bisa dikatakan golputnya salah.

Golput juga sebuah pilihan. Tapi, bukan asal memilih golput. Melainkan golput yang berfikir. Memikirkan tentang masa depan bangsa dan negaranya. Serta yakin bahwa pilihannya pada golput akan menjadikan bangsa ini semakin sejahtera. Tentunya dengan tetap menjaga kelancaran pelaksanaan pemilihan umum serta menjadi pihak oposisi yang siap untuk mengkritik pemerintahan hasil pemilu. Kritik yang pedas namun tetap membangun. Kritik yang objektif tanpa keinginan untuk menghancurkan pemerintah. Kritik yang jujur tanpa hasrat haus akan kekuasaan.

Jadi, tak perlu lagi mempermasalahkan golput, tapi menganalisa alasan golput untuk dicari solusinya. Kini saatnya menyambut pesta demokrasi. Mencoba menjadi peserta pesta yang baik. Dengan menggunakan semua pilihan yang ada, pilihan hasil musyawarah hati dan pikiran. Sebuah pilihan terbaik demi cerahnya masa depan bangsa Indonesia.





Minggu, 29 Maret 2009

Cara menonton TV yang baik

Berdasarkan data dari pak lurah, sekitar 199 juta rakyat Indonesia senang menonton TV. Namun 79% dari mereka merasa bingung menentukan bagaimana cara menonton TV yang baik. Oleh karena itu, saya hadir memberikan solusi atas masalah tersebut.

  1. Sebelum menonton, pastikan TV anda tidak rusak. Sehingga anda terhindar dari bahaya kesetrum.

  2. Nyalakan TV dengan sopan. Tak perlu lah disertai umpatan dan makian. Gunakan posisi yang wajar. Jangan menungging atau goyang kayang, itu hanya mempersulit anda.

  3. Hindari menonton TV terlalu dekat. Kasihan orang dibelakang anda, pandangan mereka tertutup tubuh aduhai anda.

  4. Jangan menonton TV dengan suara yang sangat amat keras. Itu hanya akan merusak telinga anda.

  5. Selamat mencoba...




KPI Minta HAREEM Pindah Jam Tayang

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat memberikan surat peringatan terakhir pada Sinetron Hareem yang tayang di Indosiar setiap Senin-Sabtu pada pukul 19.00 WIB. Surat yang ditandatangani Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja, yang dilayangkan kepada Direktur Utama Indosiar pada 24 Maret kemarin, meminta sinetron harem untuk dipindah jam tayangnya menjadi pukul 22.00 WIB.


Menurut surat tersebut, keputusan ini diambil berdasarkan pemantauan KPI Pusat, aduan Majelis Ulama Indonesia serta masyarakat ke KPI Pusat. Menurut KPI Pusat, tayangan Sinetron Hareem merupakan tayangan untuk Dewasa. Secara tegas KPI Pusat juga meminta pemindahan jam tayang tersebut diberlakukan mulai hari ini, rabu (25/3).

Selain itu, KPI Pusat juga meminta Indosiar untuk tidak menayangkan tayangan mengandung unsur-unsur yang melecehkan agama Islam yang masih tetap terdapat di sinetron Hareem. Untuk ke depannya, KPI Pusat mengancam akan memberhentikan sementara tayangan Sineron Hareem, bila dari pihak Indosiar tidak menanggapi teguran keras yang diberikan


Televisi Menyebabkan Angka Seks Pra Nikah Meledak

Cirebon ( Berita ) : Pengaruh tayangan televisi yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi, maraknya penjualan keping disk khusus dewasa serta kebebasan membuka situs pornografi di internet diduga semakin ‘meledakkan’ angka seks pra nikah yang dilakukan para remaja di Jawa Barat.

Demikianlah benang merah Diskusi Panel “Pengembangan Kesadaran Pemuda Terhadap Faktor Destruktif melalui Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi” yang digelar di Islamic Centre Cirebon, Selasa [10/07] dengan menampilkan pembicara Ketua Divisi Pemuda Aliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA) Arif Srisardjono S Sos, sosiolog dari STAIN Cirebon Prof Dr Abdullah Ali MA, dan Shakina Mirfa Nasution, SE MApp.Fin juga dari ASA. .

Menurut Arif Srisardjono, angka seks pra nikah yang menghinggapi remaja di Jawa Barat diperkirakan lebih dari 40 persen, karena hasil survei tahun 2002 menunjukkan 40 persen remaja berusia 15-24 tahun telah mempraktekan seks pranikah.

Demikian juga survei Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 di Jabodetabek didapatkan hasil lebih dari 80 persen anak-anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi dari sejumlah media termasuk internet.

“Jika saja ada kembali survei tahun 2007 ini maka angka seks pra nikah mungkin lebih besar lagi,” katanya.

Ia mendesak agar UU Pornografi yang memberikan perlindungan kepada anak dan remaja segera diundangkan dan UU tersebut harus mengakomodir klausul khusus tentang perlindungan anak dari pemanfaatan dalam produksi pornografi.

Sementara Prof Dr Abdullah Ali MA mengatakan, semua pihak seharusnya menyadari terhadap bahaya pornografi dan pornoaksi dalam kehidupan sosial dan perkembangan jiwa anak-anak sehingga perlu perangkat proteksi baik berupa udang-undang ataupun teknologi maju untuk membendung hal itu.

“Di Cina sangat keras proteksi untuk itu dimana semua warung internet diwajibkan memblok situs-situs pornografi, tetapi di sini tidak ada pengawasan itu,” katanya.

Ia mengungkapkan, masyarakat harusnya menyadari bahwa serangan pronografi dan pornoaksi itu telah muncul di berbagai tempat sehingga selain mengawasi segala aktifitas anak-anaknya, juga harus semakin mempertebal keimanan mereka.

Menurut Shakina, kerusakan otak yang diakibatkan pornografi yang dilihat, didengar dan dirasakan akan melebihi kokain karena pornografi akan mengaktifan jaringan seks yang diciptakan Tuhan untuk orang yang sudah menikah.

“Tuhan menciptakan enam jenis hormon yang aktif pada hubungan pasangan yang sudah menikah. Kini hormon tersebut diaktifkan pada anak dan tanpa pasangan,” katanya.

Ia menjelaskan, dampak psiko-sosialnya remaja akibat pornograsi mulai dari adiksi (ketagihan) sampai ekskalasi perilaku seksual menyimpang seperti lesbian, incest, pedophilia, dan desensifitasi atau penurunan sensivitas seks.

Hati-hatilah kawan


sejarah televisi

Pada tahun 1873 seorang operator telegram asal Valentia, Irlandia yang bernama Joseph May menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell). Joseph May bersama Willoughby Smith (teknisi dari Telegraph Construction Maintenance Company) melakukan beberapa percobaan yang selanjutnya dilaporkan pada Journal of The Society of Telegraph Engineers

Setelah beberapa kurun waktu lamanya kemudian ditemukan sebuah piringan metal kecil yang bisa berputar dengan lubang-lubang didalamnya oleh seorang mahasiswa yang bernama Julius Paul Gottlieb Nipkow (1860-1940) atau lebih dikenal Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird (1888-1946) dan Charles Francis Jenkins (1867- 1934) menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)

Televisi elektronik agak tersendat perkembangannya pada tahun-tahun itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting. Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi riset TV elektronik ketika TV mekanik dianggap sudah mampu bekerja dengan sangat baiknya pada masa itu. Sampai akhirnya Vladimir Kosmo Zworykin (1889-1982) dan Philo T. Farnsworth (1906-1971) berhasil dengan TV elektroniknya. Dengan biaya yang murah dan hasilnya berjalan baik, maka orang-orang pada waktu itu berangsur-angsur mulai meninggalkan tv mekanik dan menggantinya dengan tv elektronik.

Vladimir Zworykin, yang merupakan salah satu dari beberapa pakar pada masa itu, mendapat bantuan dari David Sarnoff (1891-1971), Senior Vice President dari RCA (Radio Corporation of America). Sarnoff sudah banyak mencurahkan perhatian pada perkembangan TV mekanik, dan meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan komersial yang lebih baik. Selain itu, Philo Farnsworth juga berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.

TV ELEKTRONIK
Baik Farnsworth, maupun Zworykin, bekerja terpisah, dan keduanya berhasil dalam membuat kemajuan bagi TV secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun 1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928, dengan menggunakan sistem mekanik seluruhnya. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka punyai umumnya berkualitas seadanya. Pada masa itu ukuran layar TV hanya sekitar tiga sampai delapan inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, tetapi kompetisi itu ada disana.

V RCA, Tipe TT5 1939, RCA dan Zworykin siap untuk program reguler televisinya, dan mereka mendemonstrasikan secara besar-besaran pada World Fair di New York. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap sistem elektronik ini, menyebabkan the National Television Standards Committee [NTSC], 1941, memutuskan sudah saatnya untuk menstandarisasikan sistem transmisi siaran televisi di Amerika. Lima bulan kemudian, seluruh stasiun televisi Amerika yang berjumlah 22 buah itu, sudah mengkonversikan sistemnya kedalam standard elektronik baru.

Pada tahun-tahun pertama, ketika sedang resesi ekonomi dunia, harga satu set televisi sangat mahal. Ketika harganya mulai turun, Amerika terlibat perang dunia ke dua. Setelah perang usai, televisi masuk dalam era emasnya. Sayangnya pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih.

Sebenarnya CBS sudah lebih dahulu membangun sistem warnanya beberapa tahun sebelum rivalnya, RCA. Tetapi sistem mereka tidak kompatibel dengan kebanyakan TV hitam putih diseluruh negara. CBS yang sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk sistem warna mereka harus menyadari kenyataan bahwa pekerjaan mereka berakhir sia-sia. RCA yang belajar dari pengalaman CBS mulai membangun sistem warna menurut formatnya. Mereka dengan cepat membangun sistem warna yang mampu untuk diterima pada sistem warna dan sistem hitam putih. Setelah RCA memamerkan kemampuan sistem mereka, NTSC membakukannya untuk siaran komersial thn 1953.

Berpuluh tahun kemudian hingga awal milenium baru abad 21 ini, orang sudah biasa berbicara lewat telepon selular digital dan mengirim e-mail lewat jaringan komputer dunia, tetapi teknologi televisi pada intinya tetap sama. Tentu saja ada beberapa perkembangan seperti tata suara stereo dan warna yang lebih baik, tetapi tidak ada suatu lompatan besar yang mampu untuk menggoyang persepsi orang tentang televisi. Tetapi semuanya secara perlahan mulai berubah, televisi secara bertahap sudah memasuki era digital.